Dalam kehidupan, tidak jarang kita mengeluh dengan keputusan
yang Alloh berikan pada kita. Kenapa nasib saya harus begini?kenapa dia lebih hebat
daripada saya padahal dia begini dia begitu?kenapa dia lebih kaya sedangkan
saya tidak? Dan berbagai kalimat gugatan lainnya yang seringkali keluar begitu
saja dari mulut kita. Apakah kita tidak menyadari bahwa keputusan itu yang
terbaik yang telah Alloh berikan pada kita?
“Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:
216)
Sama halnya ketika saya begitu berharap bisa keterima di SMA
A favorit saya tapi ternyata Alloh berkehendak lain hingga saya keterima di SMA
B. tentu awalnya sedih, menyesal dan berbagai prasangka buruk pada Alloh
menyelimuti hari-hari saya bersekolah di SMA B itu. Namun ternyata Alloh menyimpan
rencana lain yang membahagiakan. Saya bisa mendapatkan kesempatan menjadi juara
umum, mengikuti seleksi nasional olimpiade ekonomi, belajar Tae Kwon Do dari
sabeum dengan level tertinggi se-Provinsi, bertemu dengan teman-teman yang asik
dan setujuan. Bukankah itu sangat lebih dari cukup?yang mungkin justru tidak
bisa saya rasakan jika saya keterima di SMA A. Alhamdulillah..
Saya pun teringat dengan cerita ustadz di kajian mingguan
kantor saya. Beliau bercerita mengenai temannya, seorang perempuan yang rajin
shalat tahajud. Perempuan tersebut adalah pemilik bisnis paket umrah plus.
Suatu saat dia mengikuti sebuah tender umrah dengan estimasi pendapatan
keuntungan yang begitu besar. Untuk bisa memenangkan tender tersebut ia pun lebih
memperbanyak ibadah sunnahnya dan tentunya berdoa agar bisa memenangkan tender
tersebut. Ketika hari penentuan tender tersebut tiba, betapa kecewanya dia karena
ternyata dia kalah dari pesaingnya. Ia tidak mendapatkan tender tersebut. Bukan
main sedihnya perempuan itu. Hingga hari-harinya tidak lagi bersemangat bahkan
bisnis umrahnya terbengkalai dan satu lagi, dia tidak henti-hentinya menggugat
Alloh. “Yaa Alloh mengapa saya bisa kalah dari tender itu padahal saya sudah rajin melaksanakan ibadah sunnah, saya rajin
shalat tahajud tetapi mengapa justru saingan saya yang menang?”. Selang
beberapa tahun kemudian, ia menghadiri suatu acara masih mengenai bisnis umrah,
tidak disangka dalam acara tersebut ia bertemu dengan saingan tendernya dulu. Walaupun
masih membekas rasa kecewa karena kegagalan saat itu tapi kini ia sudah bisa
berlapang dada bahkan memberi selamat pada saingannya tersebut. Namun ia menjadi
terheran-heran ketika saingannya tersebut bukannya bahagia dan bangga dengan
keberhasilannya namun justru menangis. Setelah ditanya, barulah ia itu tahu
bahwa tender yang ia perebutkan dulu ternyata bermasalah. Paket umrah plus yang
ditawarkan menggunakan hotel bintang 5 yang kebetulan bisa ia dapatkan dengan
harga cukup murah. Namun ternyata ketika hotel tersebut akan di booking, pihak
pengelola hotel tidak bisa menyangupinya karena hotel itu sendiri harus tutup
terkait kebijakan perluasan area masjidil haram. Karena uang calon jamaah umroh
sudah diterima penuh, maka mau tidak mau pihak penyelenggara umroh harus
mencarikan hotel dengan taraf yang sama, sedangkan saat itu satu-satunya hotel
dengan taraf bintang lima hanya hotel yang harganya jauh lebih mahal dari hotel
sebelumnya. Alhasil, alih-alih mendapat untung besar, pihak penyelenggara umroh
justru harus nombok 1 milyar. Betapa kagetnya perempuan tersebut mendengarnya, ia
pun tak henti-hentinya bersyukur pada Alloh karena telah diselamatkan dari
kerugian sebesar 1 milyar. Dari kisah terebut dapat diambil pelajaran bahwa
jika hasil yang kita dapat tidak sesuai dengan yang kita inginkan bukan berarti
hal tersebut buruk bagi kita namun bisa jadi hal tersebut baik bagi kita.
Alloh itu Al-Haq dan Al-Adl. Dia tidak mungkin salah
memutuskan sesuatu dan hasil keputusan Alloh selalu adil. Adil disini bukan
semua orang baik yang berusaha maupun tidak, bisa menjadi kaya namun adil itu
adalah semua orang mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang telah ia usahakan.
Misalnya saja ada rekan saya yang mendapat pekerjaan baru
yang prestigious dan bergaji besar. Tentu iri saya padanya. Tapi bukankah itu
sebagai bayaran dari jerih payahnya bangun di sepertiga malam, bertahajud dan
memohon pada Alloh, belajar dengan tekun disaat saya sendiri justru sedang
tertidur lelap. Bukankah itu sesuai dengan apa yang ia usahakan?
“ Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam
lembaran- lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna.” (QS.An-Najm: 36-41)
Namun ada juga rekan saya yang sudah hampir satu tahun tidak
kunjung mendapatkan pekerjaan padahal ia sudah belajar tekun, memperbanyak
sedekah dan amalan-amalan baiknya. Jika demikian mungkin kita akan langsung
menjudge Alloh dengan berbagai prasangka buruk. Tidakkah kita berpikir, Alloh
tidak mungkin tuli, Dia Maha Mendengar dan bahkan Dia Al-Mujib Yang Maha
Mengabulkan Doa. Setiap doa pasti didengar, setiap Doa pasti dijawab namun
dalam bentuk yang berbeda-beda.
"Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku
akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka
Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan
orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih
bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat
kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan
mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka
Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR. Bukhari Muslim)
Mungkin memang saya tidak pernah merasakan secara real kesedihan
yang dirasakan oleh rekan saya sehingga saya bisa bicara demikian. Tapi saya pernah
merasakan 3 bulan belum mendapatkan kerja. Saya rasa itu sudah cukup
menggambarkan betapa stressnya masa-masa itu, apalagi dia yang hampir setahun?.
Namun, pada akhirnya perasaan sedih itu justru hanya membawa kita ke jurang
keputus asaan. Membuat kita menjadi tidak produktif, sehingga pekerjaan yang mungkin
tadinya hampir mendekat akan semakin menjauhi kita. Cobalah kita berpikir lebih
positif, mungkin waktu luang yang hampir setahun itu adalah pemberian dari Alloh
agar kita bisa mengerjakan hal-hal lain, yang mungkin disaat kita mendapatkan
pekerjaan nanti justru sulit untuk kita lakukan. Cobalah mensyukuri apapun yang
telah diberikan oleh Alloh pada kita. Sehingga kita tidak terus menerus
menggugat keputusan Alloh. Percayalah dalam keadaan apapun kita tetap lebih
beruntung daripada orang lain. Karena diluar sana mungkin ada orang yang
memiliki pekerjaan impiannya tapi ia tak punya waktu untuk berkumpul dengan
keluarganya. Mungkin diluar sana ada orang yang memiliki jabatan tinggi tapi ia
tidak memiliki kesempatan beribadah pada Tuhannya. Bersyukur lah kita masih
memiliki keluarga yang lengkap, waktu yang luang, kesehatan, tempat berteduh,
orang-orang yang mencintai kita, anggota badan yang lengkap, kesempatan
beribadah dan rezeki lain yang begitu banyak hingga membuat kita sering lupa
bersyukur pada Alloh.
“..Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan tambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:
7)
Wallohualam bissowab
betul,,betul,,bersyukurlah,,karena ada loh orang yang dapet kerja bukan di tempat impian, ga punya waktu kumpul dengan keluarga & teman, ga bisa pulang tenggo, lembur pun ga dibayar --> saya banget hihihihi,,,
ReplyDeleteCoba yaa, kalo lo dulu masuk Manajemen UI, pasti kita tak kan bertemu dan bersahabat hingga saat ini.
ReplyDeleteAuw-auw..
Allah pasti punya jalan untuk kita.
Tinggal berusaha dan berdoa dapat yang terbaik.
Miss you a LOT !!!