Wednesday, June 27, 2012

Hadits 1#

Allah ‘Azza wajalla berfirman: “Tidak semua orang yang shalat itu bershalat. Aku hanya menerima shalatnya orang yang merendahkan diri kepada keagunganKu, menahan syahwatnya dari perbuatan haram laranganKu dan tidak terus-menerus (ngotot) bermaksiat terhadapKu, memberi makan kepada yang lapar dan memberi pakaian orang yang telanjang, mengasihi orang yang terkena musibah dan menampung orang asing. Semua itu dilakukan karena Aku.” “Demi keagungan dan kebesaranKu, sesungguhnya bagiKu cahaya wajahnya lebih bersinar dari matahari dan Aku menjadikan kejahilannya kesabaran (kebijaksanaan) dan menjadikan kegelapan terang, dia berdoa kepada-Ku dan Aku mengabulkannya, dia mohon dan Aku memberikannya dan dia mengikat janji dengan-Ku dan Aku tepati (perkokoh) janjinya. Aku lindungi dia dengan pendekatan kepadanya dan Aku menyuruh para Malaikat menjaganya. BagiKu dia sebagai surga Firdaus yang belum tersentuh buahnya dan tidak berobah keadaannya.”
(Hadits Qudsi)

Wallohualambissowaab

Astagfirulloh..aku sombong


Ini curhatan seorang gadis belia (sebut saja mawar), usia 23thn, karyawati swasta

Kerjaan seringkali bikin kita lupa sama Sang Maha pemberi kerja itu sendiri. Terlalu sibuk, sombong dan lain2 yang sering membuat kita dengan mudahnya memberi excuse sama semua hal yang menjauhkan kita dari Alloh. Contoh gampang adalah sholat. Orang2 bekerja yang pulang jam 5 dan rumahnya jauuh pasti sering dilemma dengan sholat, terutama sholat magrib. Waktunya sedikit dan berada di jam rawan. Begitu juga gw (dulu), yang suka ngasih excuse sama sholat magrib ini.

“Males banget sholat di stasiun, tempatnya jorok gitu mana gw khusyuk sholatnya. ntar aja lah kan bisa dijama’ dirumah kan.”

Tapi yang terjadi di rumah justru gw semakin males sholat karena udah capek tapi masih harus ngejama’ magrib sama isya. Walhasil sholatnya seadanya. Astagfirullooh..

Semakin larut dalam ke-excuse-an gw dan hampir terbiasa tanpa rasa bersalah, Alloh pun mencoba menyentil gw. Waktu itu..(cieee serius) gw lagi naik Kopaja menuju tempat training. Seperti biasa earphone selalu menancap di kuping gw dengan playlist2 standar yang diputer tiap hari kerja (lagu2 alay daah pokoknya). Gak beberapa saat, tiba2 ada pengamen menghampiri kopaja gw. Dandanannya agak lusuh gitu dan sepertinya doi anak Punk deh keliatan dari jalur fashion yang dipilihnya baju item+jeans skinny item. Selesai observasi fashion pengamen itu, gw pun melengos dan kembali sibuk lipsync dengan lagu2 di playlist gw sementara doi mulai menggenjreng ukulelenya dan menyanyi. Beberapa bait gw lewatkan karena gw pikir lagu dia standar pengamen, tapi tiba2 gw pun terhenyak dari lipsync gw. Seperti ada yang menyuruh gw mengganti focus gw pada lirik nyanyian si pengamen punk itu. Bukan suaranya yang merdu, bukan genjrengan gitarnya yang lihai, tapi lirik lagu yang doi nyayiin..

gema adzan subuh kami masih tertidur,
gema adzan dzuhur kami sibuk bekerja,
gema adzan ashar kami slalu di dunia,
Tuhan pantaskah surga hambamu ini..
gema adzan maghrib kami di perjalanan,
gema adzan isya lelah tubuhku Tuhan,
aku yg sombong dan aku yg lalai
Tuhan pantaskah surga hambamu ini..

Sepertinya Alloh mencoba menegur gw dari lirik nyanyian si pengamen punk itu. Saat itu juga gw ngerasa betapa sombongnya gw sama Alloh. Coba flashback lagi beberapa bulan yang lalu. Kalo bukan karena Alloh yang ngasih kesempatan gw buat kerja mungkin sekarang gw udah stress berat karena nganggur di rumah. Dan sekarang, gw udah kerja tapi malah larut dalam kerjaan gw dan malah mengesampingkan Alloh. Padahal cuma buat meluangkan waktu sebentar aja menghadap Dia dengan khusyu’ di awal waktu magrib, sebegitu beratnya kah?sebegitu sombongnya kah gw?

Astaghfirullahhal 'adziim alladzi la ilaha illahuwal hayyul qayyum wa atubu ilaih

“Sesungguhnya amalan yang pertama dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat ialah shalat. Jika shalatnya baik, baiklah seluruh amalnya. Jika ia buruk maka buruklah seluruh amalnya.”
(H.R. Thabrani)

Wallohualambissowaab

Thursday, June 7, 2012

Hujan Bulan Juni


tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

a magnificent poem for this June by Sapardi Djoko Damono